Menjadi
dewasa itu..
Merupakan
sebuah pilihan.
Tak
perlu menua dulu untuk menjadi dewasa.
Bahkan
banyak yang sudah tua namun belum dewasa, ataupun sebaliknya.
Siapkah?
Kehilangan
teman-teman, yang akan memiliki kesibukannya masing-masing. Bahkan ada yang
berusaha menghindar entah mengapa.
Kehilangan obrolan,
yang terkadang tak sejalan lagi seperti dulu.
Memiliki banyak
teman, tapi memiliki sedikit sahabat. Tak usah dikekang untuk selalu ada, cukup
berkabar dan saling memahami satu sama lain.
Masalah-masalah
besar kian mendekat.
Maka dekatilah
Allah Yang lebih Maha Besar.
Saat masalah
itu datang, cobalah berpikir tenang. Lalu tuntaskan perlahan.
Karena sejauh
apapun berlari, ia akan tetap mengikuti.
Tidak usah
berlebihan, kita hanya insan biasa. Jika ada yang tak menyukai, biarkan saja. Itu
hak mereka. Kewajiban kita hanya berusaha sebaik-baiknya, lillahi ta’ala.
Kekurangan
adalah pembelajaran, kelebihan harus disyukuri dan jangan berbangga diri.
Kita akan
menerima kenyataan, walau pahit.
Kita akan
tetap tersenyum, walau sakit.
Kita akan
terus bersabar, walau sulit.
Beban yang
dipikul akan semakin berat. Hapus air matamu. Tegakkan lagi badanmu, kuatkan
lagi bahumu.
Semakin
dewasa, semakin kita harus berjuang.
Semakin dewasa, semakin kita harus menentukan tujuan. Kita akan
memikirkan prioritas utama, lalu meninggalkan hal-hal yang dirasa kurang
bermakna.
Semakin dewasa, kita tak ingin menghabiskan waktu dengan orang
yang tidak tepat.
Semakin
dewasa, kesenangan pribadi kita kesampingkan. Keluargalah yang dinomor satukan.
Semakin dewasa, tak ada kehendak yang dipaksakan. Kita akan menerima
dan berlapang dada atas segala ketetapan Tuhan.
Semakin dewasa, kita lebih memilih untuk diam dan banyak berpikir.
Semakin dewasa, kita lebih memilih untuk memendam dari makhluk.
Lalu mencurahkan segala isi hati pada Tuhan.
Apalagi yang kita cari?
Kita hanya singgah disini, ajal di depan telah mananti.
Dunia
ini fana, jangan sampai terlena olehnya.
Perlu
diingat, penilaian Allah di atas segalanya.
Apakah
penilaian makhluk akan memengaruhi penilaian Allah?
Mengapa kita selalu disibukkan dengan hal-hal yang seharusnya
tidak membuat kita demikian?
Mengapa menuhankan harta, tahta, dan jabatan?
Mengapa
hal tersebut dijadikan tolak ukur kesuksesan seseorang?
Bukankah
rezeki kita tak akan tertukar dan sudah diatur oleh-Nya?
Gemerlap
dunia adalah salah satu ujian dan banyak tipu dayanya.
Mampukah
kita melaluinya?
Reminder:
Selalu
gunakan hati nuranimu ya, dalam hal apapun.
Kurangi overthingking dan negative thingking. Bukankah Tuhan sesuai dengan prasangka hambanya?
Jangan lupa
untuk memanusiakan manusia. Itu akan sangat berarti dan mereka akan merasa dihargai.
Perlakukan
orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Jangan mudah
menghakimi dan jangan hanya melihat dari satu sudut pandang saja. Kita tidak
sepenuhnya tahu apa yang sebenarnya telah dialami atau dirasakan oleh seseorang.
Perbanyak
lakukan kebaikan, perbanyak ingat kematian. Yang akan menjadi teman setia
hanyalah amal baik.
Selaraskan
ucapan dengan perbuatan. Jangan menjadi orang munafik.
Jaga amanah,
jangan pernah khianat. Tepati janji yang diikrarkan. Karena semua akan kita
pertanggungjawabkan.
Jadilah
pendengar yang baik. Itu akan sangat meringankan beban seseorang.
Kurangi ego,
lapangkan hati.
Terima kritik
yang membangun. Kita akan berkembang jadi lebih baik dengan kritikan, bukan
pujian.
Jangan
membanding-bandingkan. Kita semua unik, tidak bisa disamakan.
Jika bisa
memberi, kenapa harus meminta?
Ikhlas,
bersihkan hati. Jangan sampai salah niat ya!
Mintalah
tolong dengan rendah hati. Adabnya seperti itu, mari belajar tahu diri.
Sertailah maaf
dengan pembuktian. Tidak mustahil untuk memperbaiki kesalahan yang pernah
diperbuat. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik, kecuali
kiamat telah tiba.
Ucapkan
terima kasih atas kebaikan sekecil apapun.
Semangat!

Comments
Post a Comment