Long Time No Talk

Banyak hal telah terjadi. Sampai-sampai tidak tahu harus mulai dari mana.

Apa kabar?

Maaf baru sempat menulis lagi.

Banyak yang terlupakan.

Banyak yang tidak tertuliskan.

Banyak kenangan yang terkubur oleh waktu.

Banyak yang datang, banyak juga yang pergi.

Banyak kesempatan, banyak juga kesempitan. 

Cerita ini semakin lama semakin tidak terlihat ujungnya.

Serangan datang bertubi-tubi, tanpa permisi. Tanpa jeda. Tanpa titik dan koma.

Saat raga tertidur, pikiran ini bahkan seakan tidak sudi ikut terlelap bersamanya.

Apalagi kala terbangun.

Garis akhir seakan sudah terlalui, tapi kenyatannya hanya sebuah permulaan.

Badai yang satu terlewati, badai yang lain ternyata sedang menanti.

Apakah aku tidak bisa hidup dengan tenang?

Apakah akan selalu ada yang mengejarku dan melempariku batu?

Aku berpikir sejenak. Melihat jalan raya dan semua kesibukannya.

Ada keringat, air mata, bahkan darah di sana.

Iya, ternyata bukan hanya aku. Semua memang tak melulu tentang aku.

Terpikirlah sesuatu.

Manusia satu dengan yang lain ternyata lebih banyak samanya, dibandingkan bedanya.

Mereka yang di atas pun sama, punya masalah, merasa senang, merasa sedih. Begitupun yang di tengah dan bawah.

Pilihanlah yang membuatnya berbeda.

Kita selalu dihadapkan dalam pilihan bukan?

Meskipun pada awalnya ini bukan pilihan kita, namun kita selalu memiliki pilihan untuk menyikapinya.

Terkadang, kita terjebak dalam sebuah prasangka 'kelihatannya'.

Rumput tetangga selalu ‘terlihat’ lebih hijau.

Padahal kita tidak pernah tau, ternyata..

Bukan bebannya yang ringan, namun pundaknya yang kuat.

Bukan hartanya yang melimpah, namun syukurnya yang banyak.

Bukan masalahnya yang mudah, namun sabarnya yang tak terbatas.

Bukan jalannya yang lurus, namun usahanya yang sungguh-sungguh.

Bukan tidurnya yang nyenyak, namun lelahnya yang amat sangat.

Bukan gajinya yang besar, namun hatinya yang lapang.

Jadilah seperti Surah Al-Ikhlas, yang tidak memiliki kata "ikhlas" di dalamnya.

Jadilah seperti langit, yang tidak merasa dirinya tinggi.

Jadilah seperti karang, yang tidak hancur diterjang ombak.

Jadilah seperti hujan, yang memberi manfaat walau dirinya jatuh berkali-kali.

Dan jangan lupa, jadilah diri sendiri dengan versi terbaik.

Comments